A.
TEORI
PELUANG
Pengertian
Ruang Sampel, Titik Sampel, dan Peristiwa / kejadian/event
-
Pengertian Peluang : Kemungkinan
yang telah diberi nilai numerik
-
Definisi
ruang sampel :Ruang sampel adalah
himpunan dari semua hasil yang mungkin pada suatu percobaan/kejadian. Ruang
sampel suatu percobaan dapat dinyatakan dalam bentuk diagram pohon atau tabel.
-
Definisi
titik sampel : Titik sampel adalah anggota-anggota dari ruang sampel atau
kemungkinan-kemungkinan yang muncul.
-
Definisi Peristiwa/kejadian/event : Semua bagian yang mungkin diperoleh dari hasil percobaan
Hukum-hukum
peluang
- Peluang yang tidak mungkin terjadi : P(A)=0
- Peluang yang mungkin terjadi : P(A)=1
- Akibat hukum 1 dan hukum 2 : 0≤P(A) ≤1
- P(A), P(A) ≈ p(A) + P(A)=1
- Terjadi bersamaan (inklusif) : P(AUB) = P(A) + P(B) – P (A∩B)
- Mutually Exclusive (saling menghilangkan) : P(AUB = P(A)+P(B)
- Bersyarat è Jika peristiwa A di dahului untuk peristiwa B peluangnya :
P(A∩B) = P(B).P(A/B)
P(A).P(B/A)
- Independent : P (A∩B) = P(A).P(B)
Contoh : jumlah kelereng 23, Merah 17, Hitam 6
a.
P (M∩H) = 17/23 x 6/22 (Tanpa
Pengembalian)
P (M∩H) = 17/23 x 6/23 (dengan pengembalian)
b.
Peluang terambil 1 merah; 1 hitam
P(M∩H) = 17/23 x 6/22
P(H∩M) = 6/23 x 17/22
Contoh
soal : seorang suami menunggu istrinya melahirkan, peluang anaknya kembar 3.
“ekspektasi”
Peristiwa
|
Uraian
|
Peluang
|
L=2
|
{LL}
|
¼
|
L=1
|
{LP,
PL}
|
2/4
|
L=0
|
{PP}
|
¼
|
Zx
= (2 x ¼) + (1x2/4) + (0 x 1/4) = ½+1/2+0=1
Kembar
3?
Peristiwa
|
Uraian
|
Peluang
|
L=3
|
{LLL}
|
1/8
|
L=2
|
{LLP, PLL, LPL}
|
3/8
|
L=1
|
{ppl,plp,lpp}
|
3/8
|
L=0
|
{ppp}
|
1/8
|
ZX = (3 x 1/8) + (2 x 3/8) + (1 x 3/8) + (0 x
1/8)
= 3/8 + 6/8 + 3/8 + 0
= 1 ½
B. PERMUTASI DAN KOMBINASI
Kombinasi adalah menggabungkan beberapa objek
dari suatu grup tanpa memperhatikan urutan. Di dalam kombinasi, urutan tidak
diperhatikan. {1,2,3} adalah sama dengan {2,3,1} dan
{3,1,2}.
Contoh: Seorang anak hanya diperbolehkan mengambil dua
buah amplop dari tiga buah amplop yang disediakan yaitu amplop A, amplop B dan
amplop C. Tentukan ada berapa banyak kombinasi untuk mengambil dua buah amplop
dari tiga buah amplop yang disediakan?
Solusi: Ada 3 kombinasi yaitu; A-B, A-C dan B-C.
Sedangkan permutasi adalah
menggabungkan beberapa objek dari suatu grup dengan memperhatikan urutan. Di
dalam permutasi, urutan diperhatikan.
{1,2,3} tidak
sama dengan {2,3,1} dan {3,1,2}
Contoh: Ada sebuah kotak berisi 3 bola masing-masing
berwarna merah, hijau dan biru. Jika seorang anak ditugaskan untuk mengambil 2
bola secara acak dan urutan pengambilan diperhatikan, ada berapa permutasi yang
terjadi?
Solusi: Ada 6 permutasi yaitu; M-H, M-B, H-M, H-B, B-M,
B-H.
Salah satu
aplikasi kombinasi dan permutasi adalah digunakan untuk mencari probabilitas
suatu kejadian.
|
-
Permutasi
pengulangan
Jika urutan diperhatikan dan suatu
objek dapat dipilih lebih dari sekali maka jumlah permutasinya adalah:
di mana n adalah banyaknya objek yang dapat
dipilih dan r adalah jumlah yang harus dipilih.
Sebagai contoh, jika kamu memiliki
huruf A, B, C, dan D dan kamu ingin mencari tahu ada berapa cara untuk
menyusunnya dalam suatu grup yang berisi tiga angka maka kamu akan menemukan
bahwa ada 43 atau 64 cara untuk menyusunnya. Beberapa cara untuk
menyusunnya adalah: AAA, BBB, CCC, DDD, ABB, CBB, DBB, dst.
-
Permutasi tanpa pengulangan
Jika urutan diperhatikan dan setiap
objek yang tersedia hanya bisa dipilih atau dipakai sekali maka jumlah
permutasi yang ada adalah:
di mana n adalah jumlah objek
yang dapat kamu pilih, r adalah jumlah yang harus dipilih dan !
adalah simbol faktorial.
Sebagai contoh,
ada sebuah pemungutan suara dalam suatu organisasi. Kandidat yang bisa dipilih
ada lima orang. Yang mendapat suara terbanyak akan diangkat menjadi ketua
organisasi tersebut. Yang mendapat suara kedua terbanyak akan diangkat menjadi
wakil ketua. Dan yang mendapat suara ketiga terbanyak akan menjadi sekretaris.
Ada berapa banyak hasil pemungutan suara yang mungkin terjadi? Dengan
menggunakan rumus di atas maka ada 5!/(5-3)! = 60 permutasi. Umpamakan jika n = r
(yang menandakan bahwa jumlah objek yang bisa dipilih sama dengan jumlah yang
harus dipilih) maka rumusnya menjadi:
karena 0! = 1!
= 1
Sebagai contoh, ada lima kotak kosong
yang tersedia. Kelima kotak kosong itu harus diisi (tidak boleh ada yang
kosong). Kelima kotak kosong itu hanya boleh diisi dengan angka 1,2,3,4,5. Ada
berapa banyak cara untuk mengisi kotak kosong? Dengan menggunakan rumus n! maka
ada 5! = 120 permutasi.
-
Kombinasi tanpa pengulangan
Ketika urutan tidak diperhatikan akan
tetapi setiap objek yang ada hanya bisa dipilih sekali maka jumlah kombinasi
yang ada adalah:
Di mana n adalah jumlah objek yang bisa dipilih
dan r adalah jumlah yang harus dipilih.
Sebagai contoh, kamu mempunyai 5 pensil
warna dengan warna yang berbeda yaitu; merah, kuning, hijau, biru dan ungu.
Kamu ingin membawanya ke sekolah. Tapi kamu hanya boleh membawa dua pensil
warna. Ada berapa banyak cara untuk mengkombinasikan pensil warna yang ada?
Dengan menggunakan rumus di atas maka ada 5!/(5-2)!(2)! = 10 kombinasi.
-
Kombinasi pengulangan
Jika urutan tidak diperhatikan dan
objek bisa dipilih lebih dari sekali, maka jumlah kombinasi yang ada adalah:
Di mana n adalah jumlah objek
yang bisa dipilih dan r adalah jumlah yang harus dipilih. Sebagai contoh
jika kamu pergi ke sebuah toko donat. Toko donut itu menyediakan 10 jenis donat
berbeda. Kamu ingin membeli tiga donat. Maka kombinasi yang dihasilkan adalah
(10+3-1)!/3!(10-1)! = 220 kombinasi.
Tabel Permutasi dan Kombinasi
Unsur
|
Permutasi
|
Kombinasi
|
1
|
1P1
=1
|
1C1
= 1
|
2
|
2P1
= 2
2P2
= 2
|
2C1
= 2
2C2
= 1
|
3
|
3P1
= 3
3P2
= 6
3P3
= 6
|
3C1
= 3
3C2
= 3
3C3
= 1
|
4
|
4P1
= 4
4P2
= 12
4P3
= 24
4P4
= 24
|
4C1
= 4
4C2
= 6
4C3
= 4
4C4
= 1
|
5
|
5P1
= 5
5P2
= 20
5P3
= 60
5P4
= 120
5P5
= 120
|
5C1
= 5
5C2
= 10
5C3
= 10
5C4
= 5
5C5
= 1
|
6
|
6P1
= 6
6P2
= 30
6P3
= 120
6P4
= 360
6P5
= 720
6P6
= 720
|
6C1
= 6
6C2
= 15
6C3
= 20
6C4
= 15
6C5
= 6
6C6
= 1
|
7
|
7P1
= 7
7P2
= 42
7P3
= 210
7P4
= 840
7P5
= 2520
7P6
= 5040
7P7
= 5040
|
7C1
= 7
7C2
= 21
7C3
= 35
7C4
= 35
7C5
= 21
7C6
= 7
7C7
= 1
|
8
|
8P1
= 8
8P2
= 56
8P3
= 336
8P4
= 1680
8P5
= 6720
8P6
= 20160
8P7
= 40320
8P8
= 40320
|
8C1
= 8
8C2
= 28
8C3
= 56
8C4
= 70
8C5
= 56
8C6
= 28
8C7
= 8
8C8
= 1
|
9
|
9P1
= 9
9P2
= 72
9P3
= 504
9P4
= 3024
9P5
= 15120
9P6
= 60480
9P7
= 181440
9P8
= 362880
9P9
= 363880
|
9C1
= 9
9C2
= 36
9C3
= 84
9C4
= 126
9C5
= 126
9C6
= 84
9C7
= 36
9C8
= 9
9C9
= 1
|
10
|
10P1
= 10
10P2
= 90
10P3
= 720
10P4
= 5040
10P5
= 30240
10P6
= 151200
10P7
= 604800
10P8
= 1814400
10P9
= 3628800
10P10
= 3628800
|
10C1 = 10
10C2
= 45
10C3
= 120
10C4
= 210
10C5
= 252
10C6
= 210
10C7
= 120
10C8
= 45
10C9
= 10
10C10
= 1
|
C.
DISTRIBUSI
PELUANG DISKRIT
1. Binomial
=> (1-P)n-x
Contoh : Apabila FPMIPA menerima kiriman 20 set alat
lab, kemudian pemeriksa ahli memilih 4 set secara acak. Bila 10% dari alat
tersebut ternyata rusak, berapa peluang dari alat itu terambil baik, dan tanpa
pemulihan.
Dik : N=20
n=
4
x=
4
Dit : p?
Jawab : (1-P)n-x
(0,9)4 (1-0,9)4-4
(0,9)4.1
(0,9)4 = 0,6
2. Multinomial =>
. P1x.p2x
3. Hypergeometrik
Keterangan : N = Populasi
D = Jumlah kategori tertentu
n = sampel acak dari N besar
x = Banyaknya peristiwa
Contoh : 20% rusak dari
20, diambil 4, P (x=3) => baik
Ditanyakan
PH ?
Jawab : N= 20, n= 4,
x= 3, x= 4
4. Poisson
Dalam teori probabilitas dan statistika, distribusi poisson
(dilafalkan ejaan Perancis: [pwasɔ̃]) adalah distribusi
probabilitas diskret yang menyatakan peluang jumlah peristiwa yang terjadi pada
periode waktu tertentu apabila rata-rata kejadian tersebut diketahui dan dalam
waktu yang saling bebas sejak kejadian terakhir. (distribusi poisson juga dapat
digunakan untuk jumlah kejadian pada interval tertentu seperti jarak, luas,
atau volume).
Distribusi ini pertama
kali diperkenalkan oleh Siméon-Denis
Poisson (1781–1840) dan diterbitkan, bersama teori probabilitasnya, pada
tahun 1838 dalam karyanyaRecherches sur la probabilité des jugements en
matière criminelle et en matière civile (“Penelitian Probabilitas Hukum
Masalah Pidana dan Perdata”). Karyanya memfokuskan peubah
acak N yang menghitung antara lain jumlah kejadian diskret (kadang
juga disebut "kedatangan") yang terjadi selama interval waktu
tertentu.
Apabila nilai harapan
kejadian pada suatu interval adalah λ, maka probabilitas terjadi peristiwa
sebanyak k kali (k adalah bilangan bulat non negatif, k =
0, 1, 2, ...) maka sama dengan
dimana
- e adalah basis logaritma natural (e = 2.71828...)
- k adalah jumlah kejadian suatu peristiwa — peluang yang diberikan oleh fungsi ini
- k! adalah faktorial dari k
- λ adalah bilangan riil positif, sama dengan nilai harapan peristiwa yang terjadi dalam interval tertentu. Misalnya, peristiwa yang terjadi rata-rata 4 kali per menit, dan akan dicari probabilitas terjadi peristiwa k kali dalam interval 10 menit, digunakan distribusi poisson sebagai model dengan λ = 10×4 = 40.
Sebagai fungsi k,
ini disebut fungsi massa probabilitas. The Distribusi poisson
dapat diturunkan sebagai kasus terbatas distribusi binomial. Distribusi poisson
dapat diterapkan pada sistem dengan kejadian berjumlah besar yang yang mungkin
terjadi, yang mana kenyataannya cukup jarang. Contoh klasik adalah peluruhan
nuklir atom.
D.
DISTRIBUSI PELUANG KONTINYU
Variabel acak yang tidak
diskrit disebut variabel acak kontinu. Beberapa di antaranya misalnya
untuk menyatakan waktu dan hasil pengukuran, jika X = variabel acak kontinu,
maka harga X = x dibatasi oleh - ∞ < x < ∞.
q Fungsi
densitas f(x)-nya, mengahsilkan harga
q Peluang
X = x antara a dan b: P (a< X < b) =
q Ekspektasi
untuk variabel acak kontinu X = E (X) =
Contoh:
Masa pakai, dinyatakan
dengan X, untuk semacam alat dapat dilukiskan oleh fungsi densitas eksponensial
dengan persamaan :
f(x) = ½ e-½ x, x ≥ 0, dalam bulan dan e =
2,7183.
Tentukan peluang sebuah alat
demikian yang dapat dipakai selama :
a.
antara 3 dan 3½ bulan,
b.
lebih dari 3 bulan,
c.
tentukan pula rata-rata masa pakainya.
Jawab.
a)
Dengan Rumus VII(6), maka
P (3 <
X < 3½) =
= -e-1,75 + e-1,5 = -
0,1738 + 0,2231 = 0,0493.
Peluang
masa pakai alat antara 3 dan 3½ bulan ialah 0,0493.
b)
Dengan Rumus VII(6) dengan a = 3 dan b = ∞,maka
P (3 < X < ∞) = = - 0 + e-1,5
= 0,2231.
c)
Untuk x ≥ 0, maka
E (X) =
Pukul rata masa pakai
alat itu selama 2 bulan
1.
Distribusi Normal
q Jika variabel
acak kontinu X mempunyai fungsi densitas pada X = x dengan persamaan
umumnya : P(X) =
dengan
:
P(X)=
fungsi densitas peluang normal
π
= 3,1416, nilai konstan yang bila ditulis hingga 4 desimal .
e
= 2,7183, bilangan konstan, bila ditulis hingga 4 desimal
X
= Variabel acak kontinyu
μ = parameter, rata-rata
untuk distribusi.
σ = parameter, simpangan baku
untuk distribusi.
untuk - ∞ <
X < ∞, maka dikatakann bahwa variabel acak X berdistribusi normal.
q Sifat-sifat
penting distribusi normal:
1.
grafiknya
selalu ada di atas sumbu datar x.
2.
bentuknya
simetrik terhadap x = μ.
3.
Mempunyai
satu modus, jadi kurva unimodal, tercapai pada x = μ
sebesar
4.
Grafiknya
mendekati (berasimtutkan) sumbu datar x dimulai dari x = μ
+ 3 σ
ke kiri.
5.
Luas
daerah grafik selalu sama dengan satu unit persegi.
ii.
Untuk tiap pasang μ
dan σ,
sifat-sifat di atas selalu dipenuhi, hanya bentuk kurvanya saja yang berlainan.
Jika σ
makin besar, kurvanya makin rendah (platikurtik) dan untuk σ
makin kecil, kurvanya makin tinggi (leptokurtik).
iii.
Fungsi densitas f(x) yang
menghasilkan harga-harga x:
iv.
P
(a < X < b) =
v.
Rumus-rumus
di atas tak perlu digunakan, karena daftar distribusi normal standar
atau normal baku lihat Daftar F.
vi.
Distribusi normal standar ialah
distribusi normal dengan rata-rata μ = 0 dan
simpangan baku σ
= 1, fungsi densitasnya: f(z) = Untuk z dalam daerah - ∞ < z < ∞.
vii.
Mengubah
distribusi normal umum dalam Rumus VII(8) menjadi distribusi normal
baku dalam Rumus VII(11) dapat ditempuh dengan digunakan tranformasi: Z = .
Lihat perubahan grafiknya:
viii.
Caranya
mencarinya adalah :
1)
hitung
z sehingga dua desimal
2)
gambarkan
kurva normal standarnya
3)
Letakkan
harga z pada sumbu datar, lalu tarik garis vertikal hingga memotong kurva.
4)
Luas
yang tertera dalam daftar adalah luas daerah antara garis ini dengan garis tegak
di titik nol.
5)
Dalam
daftar, cari tempat harga z pada kolom paling kiri hanya hingga satu desimal
keduanya dicari pada baris paling atas
6)
Dari
z di kolom kiri maju ke kanan dan dari z di baris atas turun ke bawah, maka
didapat bilangan yang merupakan luas yang dicari.
Bilangan yang
didapat harus ditulis dalam bentuk 0, x x x x (bentuk 4 desimal). Karena
seluruh luas = 1 dan kurva simetrik terhadap μ
= 0, maka luas dari garis tegak pada titik nol ke kiri ataupun ke kanan adalah
0,5.
Beberapa
contoh, penggunaan daftar normal baku.
Akan
dicari luas daerah :
1)
antara
z = 0 dan z = 2,15.
2)
antara
z = 0 dan z = -1,86
3)
antara
z = -1,50 dan z = 1,82
4)
antara
z = 1,40 dan z = 2,65.
5)
antara
z = 1,96 ke kiri
6)
Dari
z = 1,96 ke kanan.
2.
Student (t)
q Distribusi
Student atau distribusi t, ialah Distribusi dengan variabel acak
kontinu lainnya, selain daripada distribusi normal dengan fungsi densitasnya
adalah :
f(t)
= ,
-
∞ < t < ∞
Derajat
kebebasan (dk)= (n-1)
Untuk
harga-harga n yang besar, biasanya n ≥ 30, distribusi t mendekati distribusi
normal baku.
q Beberapa
contoh penggunaan daftar distribusi t.
1)
Untuk
n = 13, jadi dk = 12, dan p = 0,95 maka t = 1,78.
Ini
didapat (lihat Daftar G dalam Apendiks)dengan jalan maju ke kanan dari 12 dan
menurun dari 0,95.
2)
Dengan
v = 15 (lihat Daftar G, dalam Apendiks) kita maju ke kanan dan dari p =
0,975 kita menurun, didapat t = 2,13. Jadi antara t = -2,13 dan t = 2,13 luas
yang diarsir = 0,95.
3) Tentukan t
sehingga luas dari t ke kiri = 0,05 dengan dk = 9. Untuk ini p yang digunakan =
0,95. Dengan dk = 9 didapat t = 1,83. Karena yang diminta kurang dari 0,5, maka
t harus bertanda negatif. Jadi t = -1,83
3.
Chi Kuadrat
q Distribusi chi
kuadrat, merupakan distribusi dengan variabel acak kontinu. Persamaannya:
f(u) = K . u ½ v – 1 e-
½ u
u
= untuk memudahkan menulis,
u
> 0, v = derajat kebebasan, K = bilangan tetap yang tergantung pada v,
sedemikian sehingga luas daerah di bawah kurva sama dengan satu satuan luas dan
e = 2,7183.
Grafik distribusi chi kuadrat umumnya
merupakan kurva positif, yaitu miring ke kanan. Kemiringan ini makin berkurang
jika dk=v makin besar. Luas daerah yang diarsir sama dengan peluang p,
yaitu luas dari p ke sebelah
kiri.
q
Beberapa contoh
1)
Untuk
mencari dengan
p = 0,95 dan dk v = 14, maka (lihat Daftar H, Apendiks) di kolom kiri
cari bilangan 14 dan di baris atas 0,95. Dari 14 maju ke kanan dan dari 0,95
menurun, didapat x2 = 23,7.
2)
Untuk
jumlah luas yang diarsir = 0,05, bisa terjadi banyak hal.
3)
Karena
distribusi tidak
simetrik, maka:
a.
luas
ujung daerah kanan bisa 0,04 dan luas ujung daerah kiri 0,01;
b.
atau
ujung kanan 0,03 dan ujung kiri 0,02 dan
seterusnya.
c.
Dalam
beberapa hal, kecuali dinyatakan lain, bisa diambil luas daerah ujung kanan
sama dengan luas daerah ujung kiri. Dalam hal ini masing-masing 0,025.
d.
Untuk
luas ujung kiri 0,025 dengan v = 9, maka = 2,70.
e.
Untuk
luas ujung kanan 0,025 kita pakai p = 0,975 dengan v = 9. Didapat =
19,0.
4.
Distribusi F
q Distribusi
F ini juga mempunyai variabel acak yang kontinu. Fungsi densitasnya: . f(F) = K .
F
> 0, K = bilangan tetap yang harganya bergantung pada v1 =
pembilang dan v2 = dk penyebut sedemikian sehingga luas di
bawah kurva sama dengan satu
q Grafik
distribusi F tidak simetrik dan umumnya sedikit positif. Lihat daftar
distribusi F dalam Apendiks, Daftar I.
Untuk
tiap dk = v2, daftar terdiri atas dua baris; yang atas untuk
peluang p = 0,05 dan yang bawah untuk p = 0,01.
q Contoh:
Ø Untuk pasangan
dk v1 = 24 dan v2 = 8, ditulis juga (v1,
v2) = (24, 8), maka untuk p = 0,05 didapat F = 3,12 sedangkan
untuk p = 0,01 didapat F = 5,28 (lihat Daftar I, Apendiks). Ini didapat dengan
jalan mencari 24 pada baris atas dan 8 pada kolom kiri. Jika dari 24 turun dan
dari 8 ke kanan, maka didapat bilangan-bilangan tersebut. Yang atas untuk p =
0,05 dan yang bawahnya untuk p = 0,01.
Ditulis
dengan:F0,05(24,8) = 3,12 dan F0,01(24,8) = 5,28.
q Meskipun
daftar yang diberikan hanya untuk peluang p = 0,01 dan p = 0,05, tetapi
sebenarnya masih bisa didapat nilai-nilai F dengan peluang 0,99 dan 0,95.
q Untuk ini
digunakan hubungan: F(1-p) (v2, v1)
=
q Dalam rumus di
atas perhatikan antara p dan 1 – p dan pertukaran antara dk (v1,
v2) menjadi (v2, v1).
Pada
Contoh:
Telah
didapat F0,05 (24,8) = 3,12.
Maka F0,95(8,24)
= =
0,321.
Maka
peluang paling banyak seorang di antara 5 orang itu yang lahir pada 1 Januari =
0,724 + 0,253 = 0, 977.
E. UKURAN PERBANDINGAN
Ukuran
perbandingan adalah ukuran atau bilangan yang digunakan untuk mengetahui
kedudukan sesuatu hal dibandingkan dengan hal yang lainnya. Ukuran perbandingan
dibagi menjadi 3, yaitu :
1.
Angka
Perbandingan : bila bilangan dari keadaan yang satu dibandingkan dengan
bilangan dari keadaan yang lain.
2.
Angka relatif : bila bilangan yang satu
dibandingkan dengan bilangan yang lain dan dinyatakan dalam persentase
3.
Angka indeks : angka relatif yang symbol
persennya dihilangkan
·
Angka Relatif
1. Perbandingan
dua nilai dari suatu variabel pada waktu yang berbeda. Contoh :
-
Import
(1956)
-
Import
(1959)
2. Perbedaan
nilai beberapa variabel pada waktu yang sama. Contoh :
-
Import
(1960)
-
Eksport (1960)
3. Mengenal
istilah
-
Tahun Dasar
-
Tahun yang dicari
4. Ada
beberapa angka relatif
-
AR Harga : (hi/ho) x 100%
-
AR kuanta : (dt/do)x 100%
-
AR nilai : (nt/no)x 100%
·
Angka Indeks
Angka
yang diharapkan dapat memberikan perubahan-perubahan sebuah atau lebih
karakteristik pada waktu dan tempat yang sama atau berlainan. Perubaha yang
dicari dalam angka indeks :
1.
1 nilai suatu karakteristik, 2 waktu berbeda,
1 tempat yang sama. Contoh :
2. 2
nilai 1 karakteristik, 1 waktu, 2 tempat berbeda. Contoh :
3. Sederetan
nilai suatu karakteristik, 1 nilai suatu karakteristik. Contoh :
4. Nilai
sebuah karakteristik, 1 waktu, banyak tempat. Contoh :
5. Sederetan
nilai sebuah karakteristik, sederetan nilai karakteristik lain, 1 waktu, 1
tempat. Contoh :
6. Nilai sekumpulan karakteristik (1
waktu), nilai sekumpulan karakteristik (waktu yang lain). Contoh :
7. 2
atau lebih karakteristik, 1 waktu, 1 tempat. Contoh :
8. Beberapa
karakteristik dengan satuan yang berlainan. Contoh :
·
Macam
macam angka indeks :
1. Indeks Harga
2. Indeks Kuanta
3. Indeks Nilai
Harga
ex timah (1954 – 1959)
Tahun
|
Harga
|
Indeks
Harga
|
1954
|
1.973
|
100
|
1955
|
2.108
|
106,8
|
1956
|
2.249
|
113,9
|
1957
|
2.297
|
116,5
|
1958
|
2.275
|
115,3
|
1959
|
2.315
|
117,3
|
1.
Tahun dasar 1954 :
2.
Tahun 1955 :
3.
Tahun 1956 :
4.
Tahun 1957 :
F. TEORI SAMPLING
Sampling
adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Sample (banyak objek)
terdiri dari :
v Tak
hingga
v Terhingga
Alasan sampling :
v Hemat
biaya dan ekonomi
v Ketelitian
v Hemat
biaya
v Percobaan
yang merusak
v Populasi
tak hingga
Banyaknya sample
v Banyaknya
kombinasi
v
Metode sampling
v Dengan
pengembalian
v Tanpa
pengembalian
Rancangan
Sampling :
Ø Rumuskan
persoalan yang ingin diketahui
Ø Tentukan
dengan jelas batas populasi mengenai persoalan yang ingin diketahui tersebut
Ø Definisikan
dengan jelas dan tepat segala unit dan istilah yang diperlukan
Ø Tentukan
unit sampling yang ingin diperlukan
Ø Tentukan
dan rumuskan cara-cara pengukuran dan penilaian yang akan dilakukan
Ø Kumpulkan
jika ada segala keterangan tentang hal yang ingin diteliti yang pernah
dilakukan pada masa lampau
Ø Tentukan
ukuran sample yakni beberapa sampling yang ingin diambil dari populasi
Ø Tentukan
cara sampling yang mana akan ditempuh agar sample yang diperoleh refresentatif
Ø Tentukan
cara pengumpulan data yang akan dilakukan, misalnya wawancara langsung, daftar
isian, meneliti langsung atau mengumpulkan dari sumber
Ø Tentukan
metode analisis mana yang akan digunakan
Ø Sediakan
biaya dan meminta bantuan ahli baik berbentuk pembantu tetap atau hanya sebagai
konsultan
Rancangan
Sampling (secara singkat) :
Ø Masalah
Ø Batas
populasi
Ø Definisi
istilah-istilah
Ø Tentukan
unit sampling
Ø Cara-cara
pengukuran dan penelitian
Ø Keterangan
pendukung
Ø Ukuran
sample
Ø Cara
sampling
Ø Cara
pengumpulan data
Ø Metode
analisis
Ø Biaya
dan bantuan
Macam-macam
Sampling
1. Seadanya atau seenaknya,
berdasarkan :
a. Bahan
yang tersedia
b. Kemudahan
pengambilan data (hanya menginginkan gambaran kasar tentang populasi)
2. Sampling Pertimbangan (purfosif)
Pertimbangan
perorangan memegang peranan bahkan menentukan didalam pengambilan sekumpulan
objek yang diteliti
3. Sampling Peluang
Berdasarkan
pada peluang yang ditentukan. Dianggap paling baik karena :
a. Kekeliruan
dapat diperhitungkan atau diperkecil
b. Kekeliruan
subjektif dapat dihindarkan
Macam-macam
Sampling Peluang
1. Sampling acak berstrata
(bertingkat)
Bagian
Populasi
Bagian
Bagian
Masng-masing
anggota bagian dipilih secara acak
2. Sampling sistematik
Diambil
berdasarkan urutan tertentu dari populasi yang telah disusun sacara teratur
3. Sampling klaster
Bagian
populasi
Bagian
Bagian
anggota
bagian yang terpilih = anggota sample yang diperlukan
4. Sampling Ganda
Memungkinkan
kita memperoleh hasil penelahaan suatu hal berdasarkan pada sample yang
berukuran lebih kecil.
5. Sampling Multiple
Perluasan
dari sampling ganda ialah sampling multiple.dalam hal ini pengambilan sampel
dilakukan lebih dari dua kali dan tiap
kali digabungkan menjadi sebuah sample. Pada setiap gabungan, analisis
dilakukan pada kesimpulan diadakan dan sampling berhenti apabila sudah memenuhi
kriteria yang telah direncanakan.
Untuk
menggunakan sampling ganda atau sampling multiple, sebuah rencana sampling yang
baik terlebih dahulu harus dibuat ini semua termasuk cara-cara sampling.
Cara-cara sampling lainnya dapat dipelajari dalam bagian statistika lain yang
disebut teknik sampling.
6. Sampling Sekuansial
Sampling
ini sebenarnya juga sampling multiple. Perbedaannya adalah dalam sampling
sekunsial tiap anggota sample diambil satu demi satu dan ada tiap kali selasai
mengambil anggota, analisis dilakukan lalu berdasarkan ini kesimpulan diadakan
apakah sampling berhenti ataukah dilanjutkan. Tentu saja setiap anggota yang
diambil disatukan dengan anggota-anggota yang diambil disatukan dengan
anggota-anggota yang diambil terlebih dahulu sebelum kesimpulan diadakan pada
tingkat itu.
Keliruan Sampling dan Kekeliruan
Non Sampling
Dalam
penelitian ada dua macam kekeliruan yag pokok biasa terjadi yaitu :
1. Kekeliruan Sampling
Kekeliruan
ini bisa terjadi dalam setiap penelitian, apakah ini berdasarkan sampling
ataukah
Berdasarkan
sensus. Beberapa penyebab terjadinya kekeliruan non sampling :
a. Populasi
tidak didefinisikan sebagaimana mestinya
b. Populasi yang
menyimpang dari populasi yang seharusnya dipelajari
c. Kuesener
tidak dirumuskan sebagaimana mestinya
d. Istilah-istilah
telah didefinisikan secara tidak tepat
atau atau telah digunakan tidak secara konsisten
e. Para
responden tidak memberikan jawaban yang akurat, menolak untuk menjawab atau
tidak ada ditempat ketika petugas datang untuk melakukan wawancara.
Selain daripada itu, kekeliruan non
sampling bisa terjadi pada waktu mencatat data, melakukan tabulasi dan
melakukan perhitungan-perhitungan. Kekeliruan ini dapat menimbulkan
kesulitan-kesulitan pada penelitian. Karenanya, cukup jelas bahwa hal demikian
perlu untuk dihindarkan.
Kekeliruan Sampling
Kekeliruan ini timbul disebabkan oleh kenyataan
adanya pemeriksaan yang tidak lengkap tentang populasidan penelitian hanya
dilakukan berdasarkan sample. Jelaslah bahwa penelitian terhadap sample yang
diambil dari sebuah populasi dan penelitian terhadap populasi itu sendiri,
kedua penelitian dengan prosedu yang sama, hasilnya akan berbeda. Perbedaan
antara hasil simple dan hasil yang akan dicapai jika prosedur yang sama yang
digunakan dalam sampling juga digunakan dalam sensus dinamakan kekeliruan
sampling. Para ahli statistika telah berusaha untuk mengukur dan
memperhitungkan kekeliruan ini supaya dapat dikontrol. Cara untuk dapat
melakukannya ialah dengan jalan mengambil sample berdasarkan sampling acak dan
memperbesar ukuran sample.
Kekeliruan pada
penelitian
Kekeliruan Sampling kekeliruan non
sampling
Populasi yang tidak jelas Pertanyaan harus:
·
Jelas
·
Mudah dimengerti
·
Objek ada
G.
DISTRIBUSI
PELUANG
Distribusi peluang terdiri dari :
1.
Disrtibusi Rata-rata
2.
Distrubusi Proporsi
3.
Distribusi Simpangan Baku
4.
Distribusi Median
5.
Distribusi Selisih Rata-rata
6.
Distribusi Selisih Proporsi
1. Distribusi Rata-rata
)
(sigma
indeks x garis )
Keterangan : kekeliruan standar atau baku rata-rata, galat
baku rata-rata
5 %
x =
5 % x =
= .
Distribusi normal n
30 z =
Contoh
soal :
n
= 20 maka
N
=
n
= 20 = 0.6 maka
N
= 30
2. Distribusi
Proporsi
=
=
= =
=
Distribusi Normal z
=
Ø Kekeliruan Standar / baku proporsi
Ø Galat baku proporsi
3. Distribusi Simpangan Baku
s n
s =
s =
Distribusi Normal z
=
Ø Kekeliruan Standar / baku simpangan
baku
Ø Galat baku simpangan baku
4. Distribusi Median
Me =
Me =
5. Distribusi Selisih rata-rata
= 1 – 2
=
Atau
= 1 – 2
=
Distribusi
Normalnya :
z
=
Ø = 1 + 2
=
Distribusi
Normalnya :
z =
6.
Distribusi
Selisih Proporsi
= -
=
Distribusi Normalnya :
Z =
Contoh Soal distribusi rata-rata :
Distribusi rata-rata tinggi badan
mahasiswa rata-rata 165 cm. Simpangan 8.4 cm, sampel acak terdiri dari 45
mahasiswa. Tentukan peluang tinggi rata-rata ke- 45 mahasiswa tersebut.
a. Antara 160 – 168 cm
b. Paling sedikit 166 cm
Jawab
n = 45
= = 165 cm
= = 1. 252 cm
a. = = -3. 99 0.5 (dari tabel)
= = 2. 40 0. 4918 (dari tabel)
0.50 0. 4819
-3. 99 0 2. 40
Peluangnya : 0.50 + 0. 4819 = 0.
9918
b. Paling sedikit 166 cm
= = 0.80 0.2881 (dari tabel)
0.2881
0
0. 80
Peluangnya : 0.5 – 0. 2881 = 0.2119
Contoh soal distribusi Proporsi
Ada petunjuk kuat bahwa 10 % anggota
masyarakat tergolong ke dalam golongan A. Sebuah sampel acak berukuran 100
telah diambil :
a.
Tentukan peluangnya bahwa 100 orang, itu akan
ada paling sedikit 15 orang dari golongan A
b.
Berapa
orang harus dimiliki agar presentase golongan A dari sampel yang satu dengan
yang lainnya, diharapkan berbeda paling besar 2 %
Jawab
n = 100
paling sedikit 15 golongan A
= = 0. 15
= = = 0.03
Z = = 1.67 0.4525 (dari tabel)
0.5 – 0.4525 = 0.04575
0.04575
0
1.67
H.
MENAKSIR PARAMETER
Kelemahan Menaksir :
0.
Menaksir
(theta = parameter populasi) dengan
(theta topi = penaksir atau titik
taksiran,terlalu tinggi)
1. menaksir dengan terlalu rendah
Ciri-ciri menaksir yang baik :
1.
Tak
bias ( () = 0
2.
Bervarians
minimun
3.
Konsisten (n N)
Cara menaksir :
1. Interval atau selang taksiran
2. Derajat atau koefisien kepercayaan ()
1.
Menaksir Rata-rata
a.
Simpangan
baku
·
Simpangan
baku ) diketahui
·
Populasi
berdistribusi nomal
(i)
5 %
- z ½ . < + z ½ .
(ii)
5 %
- z ½ . < z ½ . .
- z ½ . = batas bawah
+ z ½ . = batas atas
z ½ . = kekeliruan peluang pada rata-rata
b.
Simpangan
Baku () tidak diketahui
·
Populasi
berdistribusi normal
(i)
5 %
- tp . < µ < + tp .
(ii)
> 5 %
- tp . . < µ < + tp . .
Simpangan baku () tidak diketahui
·
Populasi
tidak berdistribusi normal
tp t
pada p p = ( 1 + )
contoh soal
sebuah sampel acak, terdiri dari 100
mahasiswa, nilai IQ nya dicatat didapat = 112, dan s = 10, = 0.95.
jawab
n = 100
= 112 penaksir
()
s = 10
= 0.95
Rumus : b - simpangan baku () tidak diketahui
Distribusi normal - b (i)
5 %
- tp . < µ < + tp .
v =
dk = n-1
=
100-1
=
99
P = (1 + )
= (1 + 0.95)
= (1.95)
P
= 0.975
tp = 1.987 (dari tabel)
- tp . < µ < + tp .
112 – (1.987) ( 112 + (1.987)
112 – 1.987 . 1 < µ < 112 +
1.987 . 1
112 – 1.987 < µ < 112 + 1.987
110 < µ < 114
II.
Menaksir Proporsi
p
– z 1/2. < < p + z 1/2.
misalkan kita ingin menaksir ada
berapa persen anggota masyarakat yang berumur 15 tahun keatas, yang termasuk
kedalam golongan A. Untuk ini sampel acak berukuran 1200, diambil mengasilkan
504 tergolong kategori A, koefisien kepercayaan 95 %.
Jawab
Diketahui :
n = 1200
= 95 %
p = = 0.42
q = 1- p
=
1- 0.42
=
0.58
z ½ = z ½ . 0.95
= z 0.475
= 1.96
= 0.42 – (1.96) < < 0.42 + (1.96)
= 0.39 < < 0.45
Batas bawah
Kekeliruan peluang rata-rata
. 1.96 = 0.027 0.03
Jadi, 95 % interval kepercayaan
masyarakat berusia 15 tahun ke atas berada diantara 39 % - 45 %.
III.
Menaksir simpangan baku
=
Contoh :
n = 30, distribusi normal simpangan
baku = 7.8
= 0.95
Jawab
dk = n-1
=
30 – 1
=
29
= 45.7 ½ (1 + 0.95) = ½ (1.95) = 0.975
= 16 ½ (1 - 0.95) = 1 – 0.975 =
0.025
=
= 4.95 14.14 = interval taksiran untuk simpangan baku
= 2.23 3.75
- PENGUJIAN HIPOTESIS
· Hipotesis
Statistik : pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih
populasi.
· Pengujian
hipotesis berhubungan dengan penerimaan
atau penolakan suatu hipotesis.
· Kebenaran
(benar atau salahnya ) suatu hipotesis tidak akan pernah diketahui dengan
pasti, kecuali kita memeriksa seluruh
populasi. (Memeriksa seluruh populasi? Apa mungkin?)
Lalu apa yang
kita lakukan, jika kita tidak mungkin memeriksa seluruh populasi untuk
memastikan kebenaran suatu hipotesis?
· Kita
dapat mengambil contoh acak, dan menggunakan informasi (atau bukti) dari contoh
itu untuk menerima atau menolak suatu hipotesis.
Penerimaan
suatu hipotesis terjadi karena TIDAK CUKUP BUKTI untuk MENOLAK hipotesis
tersebut dan BUKAN karena HIPOTESIS ITU BENAR
dan
Penolakan
suatu hipotesis terjadi karena TIDAK CUKUP BUKTI untuk MENERIMA hipotesis
tersebut dan BUKAN karena HIPOTESIS ITU SALAH.
· Landasan
penerimaan dan penolakan hipotesis seperti ini, yang menyebabkan para
statistikawan atau peneliti mengawali pekerjaan dengan terlebih dahulu membuat
hipotesis yang diharapkan ditolak, tetapi dapat membuktikan bahwa pendapatnya
dapat diterima.
Perhatikan
contoh-contoh berikut :
Contoh
1.
Sebelum
tahun 1993, pendaftaran mahasiswa Universtas GD
dilakukan dengan pengisian formulir secara manual. Pada tahun 1993, PSA Universitas GD
memperkenalkan sistem pendaftaran "ON-LINE". Seorang Staf PSA ingin membuktikan pendapatnya “bahwa
rata-rata waktu pendaftaran dengan sistem ON-LINE akan lebih cepat dibanding
dengan sistem yang lama” Untuk membuktikan pendapatnya, ia akan membuat
hipotesis awal, sebagai berikut :
Hipotesis Awal : rata-rata waktu pendaftaran SISTEM "ON-LINE" sama
saja dengan SISTEM LAMA.
Staf
PSA tersebut akan mengambil contoh dan berharap hipotesis awal ini ditolak,
sehingga pendapatnya dapat diterima!
Contoh
2 :
Manajemen
PERUMKA mulai tahun 1992, melakukan pemeriksaan karcis KRL lebih intensif
dibanding tahun-tahun sebelumnya, pemeriksaan karcis yang intensif berpengaruh
positif terhadap penerimaan PERUMKA.
Untuk membuktikan pendapat ini, hipotesis awal yang diajukan adalah :
Hipotesis Awal :
TIDAK
ADA PERBEDAAN penerimaan SESUDAH maupun SEBELUM
dilakukan perubahan sistem pemeriksaan karcis. Manajemen berharap hipotesis ini
ditolak, sehingga membuktikan bahwa pendapat mereka benar!
Contoh
3.
Eko
Nomia S.Kom., seorang system analis memperbaiki sistem pembebanan biaya di
perusahaan tempatnya bekerja. Ia
berpendapat setelah perbaikan sistem pembebanan biaya pada produk maka
rata-rata harga produk turun. Bagaimana ia menyusun hipotesis awal penelitiannya?
Hipotesis
Awal : .........?
· Hipotesis
Awal yang diharap akan ditolak disebut : Hipotesis
Nol ()
· Penolakan membawa kita pada
penerimaan Hipotesis Alternatif () (beberapa buku menulisnya sebagai )
· Nilai
Hipotesis Nol () harus menyatakan dengan pasti nilai parameter.
ditulis dalam bentuk persamaan
· Sedangkan
Nilai Hipotesis Alternatif () dapat memiliki beberapa kemungkinan.
ditulis dalam bentuk pertidaksamaan
(< ; > ; )
Contoh
4.
Pada
sistem lama, rata-rata waktu pendaftaran
adalah 50 menit
Kita
akan menguji pendapat Staf PSA tersebut, maka
Hipotesis
awal dan Alternatif yang dapat kita buat :
: = 50 menit
(sistem baru dan sistem lama tidak berbeda)
: 50 menit
(sistem baru tidak sama dengan sistem lama)
atau
: = 50 menit
(sistem baru sama dengan sistem lama)
: < 50 menit (
sistem baru lebih cepat)
· Penolakan
atau Penerimaan Hipotesis dapat membawa kita pada 2 jenis kesalahan (kesalahan=
error = galat), yaitu :
1. Galat Jenis 1 Penolakan Hipotesis Nol () yang benar
Galat Jenis 1
dinotasikan sebagai
a juga disebut taraf nyata uji
Catatan
: konsep dalam Pengujian
Hipotesis sama dengan konsep konsep pada Selang Kepercayaan
2. Galat Jenis 2 Penerimaan
Hipotesis Nol () yang salah
Galat Jenis 2
dinotasikan sebagai
· Prinsip
pengujian hipotesis yang baik adalah meminimalkan nilai dan
· Dalam
perhitungan, nilai dapat dihitung
sedangkan nilai hanya bisa
dihitung jika nilai hipotesis alternatif sangat spesifik.
· Pada
pengujian hipotesis, kita lebih sering berhubungan dengan nilai . Dengan asumsi, nilai yang kecil juga
mencerminkan nilai yang juga
kecil.
· Prinsip
pengujian hipotesa adalah perbandingan nilai statistik uji (z hitung atau t
hitung) dengan nilai titik kritis (Nilai z tabel atau t Tabel)
· Titik
Kritis adalah nilai yang menjadi batas daerah penerimaan dan penolakan
hipotesis.
· Nilai
pada z atau t
tergantung dari arah pengujian yang dilakukan.
2. Arah
Pengujian Hipotesis
· Pengujian
Hipotesis dapat dilakukan secara : 1. Uji Satu Arah
2. Uji Dua Arah
2.1 Uji Satu Arah
Pengajuan dan dalam uji satu arah adalah sebagai berikut:
: ditulis dalam
bentuk persamaan (menggunakan tanda =)
: ditulis dalam
bentuk lebih besar (>) atau lebih kecil (<)
Contoh
5.
Contoh
Uji Satu Arah
a. : = 50 menit b. : = 3 juta
: < 50 menit : < 3
juta
Nilai tidak dibagi dua, karena seluruh diletakkan
hanya di salah satu sisi selang misalkan
:
:
:
Wilayah
Kritis **) : atau
*)
adalah suatu nilai
tengah yang diajukan dalam
**) Penggunaan z atau t tergantung ukuran
contoh
contoh besar menggunakan z; contoh
kecil menggunakan t.
luas daerah terarsir
ini = a
-z a
atau - t(db;a) 0
:
:
Wilayah
Kritis **) : atau
luas daerah
terarsir
ini
= a
0
z
a atau t (db;a)
daerah terarsir daerah penolakan hipotesis
daerah tak
terarsir daerah penerimaan hipotesis
2.2 Uji Dua Arah
Pengajuan dan dalam uji dua arah
adalah sebagai berikut :
: ditulis dalam
bentuk persamaan (menggunakan tanda =)
: ditulis dengan
menggunakan tanda
3 Pengerjaan
Uji Hipotesis
3.1 7
Langkah Pengerjaan Uji Hipotesis
1. Tentukan dan
2* Tentukan statistik uji [ z atau t]
3* Tentukan arah pengujian [1 atau 2]
4* Taraf Nyata Pengujian [a atau a/2]
5.
Tentukan nilai titik kritis atau daerah
penerimaan-penolakan
6. Cari nilai Statistik Hitung
7. Tentukan Kesimpulan [terima atau tolak ]
*)
Urutan pengerjaan langkah ke2, 3 dan 4 dapat saling dipertukarkan!
M Beberapa
Nilai z yang penting
=1.645 =1.96
= 2.33 = 2.575
3.2 Rumus-rumus Penghitungan Statistik Uji
1.
Nilai Tengah dari Contoh Besar
2.
Nilai Tengah dari Contoh Kecil
3.
Beda 2 Nilai Tengah dari Contoh Besar
4.
Beda 2 Nilai Tengah dari Contoh Kecil
|
Nilai
Uji Statistik
|
|
Wilayah
Kritis
|
||||
1.
contoh
besar
n30
|
s dapat diganti
dengan s
|
|
dan
|
||||
2.
contoh kecil
n<30
|
|
|
dan
db
= n-1
|
||||
3.
contoh-contoh besar
30
30
|
Jika
dan tidak diketahui
gunakan dan
|
|
dan
|
||||
4.
contoh
-contoh kecil
< 30
< 30
|
|
|
dan
db
=
|
||||
3.2.1 Uji Hipotesis Nilai Tengah Contoh Besar
Contoh
6 :
Dari
100 nasabah bank rata-rata melakukan penarikan $495 per bulan melalui ATM,
dengan simpangan baku = $45. Dengan taraf nyata 1% , ujilah :
a)
apakah rata-rata nasabah menarik melalui ATM kurang dari $500 per bulan ?
b}
apakah rata-rata nasabah menarik melalui ATM tidak sama dengan $500 per
bulan ?
(Uji 2 arah, a/2
= 0.5%, statistik uji=z)
Diketahui: = 495 s = 45 n=100 =500 a=1%
a) 1. : m
= 500 : m <
500
2. statistik uji : z ®
karena contoh besar
3. arah pengujian : 1 arah
4. Taraf Nyata Pengujian = a = 1% = 0.01
5.
Titik kritis ®
z < - ® z < - 2.33
6. Statistik Hitung
=== -1.11
7. Kesimpulan : z hitung = -1.11 ada di daerah penerimaan
diterima, rata-rata
pengambilan uang di ATM masih = $ 500
Daerah
penolakan =
luas
daerah terarsir
ini
= a = 1%
Daerah penerimaan
-2.33
0
b)
ditinggalkan sebagai latihan ( : m¹
500; Uji 2 arah, a/2
= 0.5%, statistik uji=z)
3.2.2. Uji Hipotesis Nilai Tengah Contoh Kecil
Contoh
7 :
Seorang job-specialist
menguji 25 karyawan dan mendapatkan bahwa rata-rata penguasaan pekerjaan
kesekretarisan adalah 22 bulan dengan simpangan baku = 4 bulan. Dengan taraf nyata 5% , ujilah :
a)
Apakah rata-rata penguasaan kerja kesekretarisan lebih dari 20 bulan?
b)
Apakah rata-rata penguasaan kerja kesekretarisan tidak sama dengan 20 bulan?
Diketahui
: = 22 s = 4 n = 25 = 20 a = 5%
a)
Ditinggalkan sebagai latihan ( : m > 20; uji 1 arah, a=5%, statistik uji = t, db = 24)
b) 1. : m
= 20 : m ¹ 20
2. statistik uji : t ®
karena contoh kecil
3. arah pengujian : 2 arah
4. Taraf Nyata Pengujian = a = 5% = 0.05
a/2
= 2.5% = 0.025
5.
Titik kritis
db = n-1 = 25-1 = 24
Titik kritis ®
dan
t < -t (24; 2.5%) ®
t < -2.064 dan
t >
t (24; 2.5%) ® t > 2.064
6. Statistik Hitung
=== 2.5
7. Kesimpulan : t hitung = -2.5 ada di daerah penolakan
ditolak, diterima ,
rata-rata penguasaan pekerjaan
kesekretarisan ¹
20 bulan
Daerah penolakan= Daerah
penolakan = luas daerah terarsir
luas daerah terarsir ini ini = a/2
= 2.5% a/2
= 0.5%
Daerah penerimaan
-2.064
0 2.064
J. KOEFISIEN
A. Koefisien Regresi Berganda (Multiple Regression)
Menurut Julie Pallant dan Andy Field, Uji Regresi Berganda punya sejumlah asumsi yang tidak boleh dilanggar. Asumsi-asumsi Uji Regresi Berganda adalah :
1. Ukuran
Sampel
Masalah
berkenaan ukuran sampel di sini adalah generabilitas. Dengan sampel kecil anda
tidak bisa melakukan generalisasi (tidak bisa diulang) dengan sampel lainnya.
Berbeda penulis berbeda berapa sampel yang seharusnya dalam uji Regresi
Berganda. Stevens (1996, p.72) merekomendasikan bahwa “untuk penelitian ilmu
sosial, sekitar 15 sampel per prediktor (variabel bebas) dibutuhkan untuk
mengisi persamaan uji regresi.” Tabachnick and Fidell (1996, p.132) memberi
rumus guna menghitung sampel yang dibutuhkan uji Regresi, berkaitan dengan
jumlah variabel bebas yang digunakan :
n>50+8m
Dimana :
n = Jumlah Sampel
Dimana :
n = Jumlah Sampel
m =
Jumlah Variabel Bebas
Jika
peneliti menggunakan 5 variabel bebas, maka jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah 90 orang, dalam mana 50 ditambah ( 5 x 8) = 50 + 40 = 90.
2. Outlier
2. Outlier
Regresi
Berganda sangat sensitif terhadap Outlier (skor terlalu tinggi atau terlalu
rendah). Pengecekan terhadap skor-skor ekstrim seharusnya dilakukan sebelum
melakukan Regresi Berganda. Pengecekan ini dilakukan baik terhadap variabel
bebas maupun terikat. Outlier bisa dihapus dari data atau diberikan skor untuk
variabel tersebut yang tinggi, tetapi tidak terlampau beda dengan kelompok skor
lainnya. Prosedur tambahan guna mendeteksi outlier juga terdapat pada program
SPSS file mah_1. Outlier pada variabel terikat dapat diidentifikasi dari
Standardised Residual plot yang dapat disetting. Tabachnick and Fidell (1996,
p. 139) menentukan outlier adalah nilai-nilai Standardised Residual di atas 3,3
(atau < - 3,3).
Outlier juga bisa dicek menggunakan jarak Mahalanobis yang tidak diproduksi oleh program Regresi Berganda SPSS ini. Ia tidak terdapat dalam output SPSS. Untuk mengidentifikasi sampel mana yang merupakan Outlier, anda perlu menentukan nilai kritis Chi Square, dengan menggunakan jumlah variabel bebas yang digunakan dalam penelitian sebagai “degree of freedom-nya” atau derajat kebebasan. Pallant menggunakan Alpha 0,001 agar lebih meyakinkan, yang rinciannya sebagai berikut :
Outlier juga bisa dicek menggunakan jarak Mahalanobis yang tidak diproduksi oleh program Regresi Berganda SPSS ini. Ia tidak terdapat dalam output SPSS. Untuk mengidentifikasi sampel mana yang merupakan Outlier, anda perlu menentukan nilai kritis Chi Square, dengan menggunakan jumlah variabel bebas yang digunakan dalam penelitian sebagai “degree of freedom-nya” atau derajat kebebasan. Pallant menggunakan Alpha 0,001 agar lebih meyakinkan, yang rinciannya sebagai berikut :
Untuk menggunakan tabel kritis Chi Square, lakukan langkah berikut :
- Tentukan variabel bebas yang digunakan dalam analisis;
- Temukan nilai di atas pada salah satu kolom berbayang; dan
- Baca melintasi kolom untuk menemukan nilai kritis yang dikehendaki.
2.
Normalitas Residu
Normalitas
adalah residu yang seharusnya terdistribusi normal seputar skor-skor variabel
terikat. Residu adalah sisa atau perbedaan hasil antara nilai data pengamatan
variabel terikat terhadap nilai variabel terikat hasil prediksi. Untuk melihat
apakah residu normal atau tidak, dapat dilakukan dengan cara berikut :
- Melihat grafik Normal P-P Plot, dan
- Uji Kolmogorov-Smirnov
Pada grafik Normal P-P Plot, residu yang normal adalah data memencar mengikuti fungsi distribusi normal yaitu menyebar seiring garis z diagonal. Residu normal dari uji Kolmogorov-Smirnov adalah diperolehnya nilai p > 0,05. Linieritas adalah residual yang seharusnya punya hubungan dalam bentuk “straight-line” dengan skor variabel terikat yang diprediksi. Homoskedastisitas adalah varians residual seputar skor-skor variabel terikat yang diprediksi seharusnya sama bagi skor-skor yang diprediksi secara keseluruhan.
3.
Multikolinieritas
Uji
Regresi mengasumsikan variabel-variabel bebas tidak memiliki hubungan linier
satu sama lain. Sebab, jika terjadi hubungan linier antarvariabel bebas akan
membuat prediksi atas variabel terikat menjadi bias karena terjadi masalah
hubungan di antara para variabel bebasnya.
Dalam Regresi Berganda dengan SPSS, masalah Multikolinieritas ini ditunjukkan lewat tabel Coefficient, yaitu pada kolom Tolerance dan kolom VIF (Variance Inflated Factors). Tolerance adalah indikator seberapa banyak variabilitas sebuah variabel bebas tidak bisa dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance dihitung dengan rumus 1 – R2 untuk setiap variabel bebas. Jika nilai Tolerance sangat kecil (< 0,10), maka itu menandakan korelasi berganda satu variabel bebas sangat tinggi dengan variabel bebas lainnya dan mengindikasikan Multikolinieritas. Nilai VIF merupakan invers dari nilai Tolerance (1 dibagi Tolerance). Jika nilai VIF > 10, maka itu mengindikasikan terjadinya Multikolinieritas.
Dalam Regresi Berganda dengan SPSS, masalah Multikolinieritas ini ditunjukkan lewat tabel Coefficient, yaitu pada kolom Tolerance dan kolom VIF (Variance Inflated Factors). Tolerance adalah indikator seberapa banyak variabilitas sebuah variabel bebas tidak bisa dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance dihitung dengan rumus 1 – R2 untuk setiap variabel bebas. Jika nilai Tolerance sangat kecil (< 0,10), maka itu menandakan korelasi berganda satu variabel bebas sangat tinggi dengan variabel bebas lainnya dan mengindikasikan Multikolinieritas. Nilai VIF merupakan invers dari nilai Tolerance (1 dibagi Tolerance). Jika nilai VIF > 10, maka itu mengindikasikan terjadinya Multikolinieritas.
Hipotesis
untuk Multikolinieritas ini adalah :
Autokorelasi
juga disebut Independent Errors. Regresi Berganda mengasumsikan residu
observasi seharusnya tidak berkorelasi (atau bebas). Asumsi ini bisa diuji
dengan teknik statistik Durbin-Watson, yang menyelidiki korelasi berlanjut
antar error (kesalahan). Durbin-Watson menguji apakah residual yang berdekatan
saling berkorelasi. Statistik pengujian bervariasi antara 0 hingga 4 dengan
nilai 2 mengindikasikan residu tidak berkorelasi. Nilai > 2 mengindikasikan
korelasi negatif antar residu, di mana nilai < 2 mengindikasikan korelasi
positif. >
Cara melakukan uji Durbin-Watson adalah, nilai Durbin-Watson hitung harus lebih besar dari batas atas Durbin-Watson tabel. Syarat untuk mencari Durbin-Watson tabel adalah Tabel Durbin-Watson. Untuk mencari nilai Durbin-Watson tabel :
Cara melakukan uji Durbin-Watson adalah, nilai Durbin-Watson hitung harus lebih besar dari batas atas Durbin-Watson tabel. Syarat untuk mencari Durbin-Watson tabel adalah Tabel Durbin-Watson. Untuk mencari nilai Durbin-Watson tabel :
- tentukan besar n (sampel) dan k (banyaknya variabel bebas).
- Tentukan taraf signifikansi penelitian yaitu 0,05.
Durbin-Watson
hitung dapat dicari dengan SPSS. Nilai Durbin-Watson hitung terdapat dalam
output SPSS, khususnya pada tabel Model Summary. Hipotesis untuk Autokorelasi
ini adalah :
Pengambilan keputusannya adalah :
Pengambilan keputusannya adalah :
- Terima H0 jika Durbin-Watson hitung lebih besar dari ..... dan Durbin-Watson hitung lebih kecil dari 4 - .....; Artinya tidak ada Autokorelasi.
- Tolak H0 jika Durbin-Watson hitung lebih kecil dari ..... atau 4 - ..... lebih kecil dari .....; Artinya ada Autokorelasi.
5. Homoskedastisitas
Uji Regresi bisa dilakukan jika data bersifat Homoskedastisitas
bukan Heteroskedastisitas. Homoskedastisitas adalah kondisi dalam mana varians
dari data adalah sama pada seluruh pengamatan. Terdapat sejumlah uji guna
mendeteksi gejala heteroskedastisitas misalnya uji Goldfeld-Quandt dan Park.
Namun, Wang and Jain beranggapan bahwa Uji Park dapat lebih teliti dalam
memantau gejala heteroskedastisitas ini. Dengan demikian, penelitian ini akan
menggunakan Uji Park guna menentukan gejala heteroskedastisitas
variabel-variabelnya.
Uji Park dilakukan dengan meregresikan nilai residual (Lne2) dengan masing-masing variabel independent. “The Park test suggests that if heteroscedasticity is present, the heteroscedastic varianc eσ_i^2 may be systematically related to one or more of the explanatory variables.” Rumus uji Park sebagai berikut :
Uji Park dilakukan dengan meregresikan nilai residual (Lne2) dengan masing-masing variabel independent. “The Park test suggests that if heteroscedasticity is present, the heteroscedastic varianc eσ_i^2 may be systematically related to one or more of the explanatory variables.” Rumus uji Park sebagai berikut :
B. Koefisien Determinasi
Dalam uji Regresi Berganda, Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk itu, digunakan angka-angka yang ada pada Tabel Model Summary.
Cara menentukan Koefisien Determinasi sangatlah mudah. Peneliti tinggal melihat nilai pada kolom R2 dikalikan 100%. Misalnya nilai R2 adalah 0,7777. Dengan demikian Koefisien Determinasinya = 0,7777 x 100% = 77,77%. Jadi, secara serentak variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel terikat sebesar 77,77%. Sisanya, yaitu 100 – 77,77% = 22,23% ditentukan oleh variabel-variabel lain yang tidak disertakan di dalam penelitian.
G. Koefisien Regresi Parsial
Koefisien Regresi Parsial menunjukkan apakah variabel-variabel bebas punya pengaruh secara parsial (terpisah atau sendiri-sendiri) terhadap variabel terikat?
Pada Tabel Coefficient, pengujian Hipotesis akan dilakukan. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji t. Pernyataan Hipotesis yang hendak diuji sebagai berikut :
Nilai t hitung bisa dilihat pada kolom t bagi masing-masing variabel bebas.
Nilai t tabel bisa dicari dengan cara berikut ini :
- α = 0,05; untuk uji 2 sisi = 0,025
- Degree of Freedom (df) = jumlah sampel – jumlah variabel bebas – 1 (angka 1 adalah konstanta) = 48 – 4 – 1 = 43.
- Cari persilangan antara df = 43 dan 0,025.
- Pencarian nilai t tabel dengan Excel mudah sekali. Ketik rumus =tinv(0,05;43).
PENUTUP
Demikian
Rangkuman Statistik terapan ini saya buat. Mohon maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan. Sesungguhnya yang benar itu datang dari ALLAH, dan yang salah
itu datang dari saya sendiri selaku manusia yang tak luput dari kesalahan.
Semoga
rangkuman statistik terapan ini bermanfaat khususnya bagi penyusun, umumnya
bagi semuanya yang membaca. Penyusun menyadari rangkuman ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik serta saran sangatlah diperlukan guna
memperbaiki kesalahan di masa yang akan datang.
Akhir
kata penyusun mengucapkan wabilahitaufik walhidayah waridha walinayah
wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semoga Bermanfaat :-)
BalasHapusWih lagi browsing statistika nemu ini
BalasHapusWih lagi browsing statistika nemu ini
BalasHapusI really like this as a matter of fact, you can also come to our place here Syair Togel
BalasHapus